Di salah satu daerah paling terpencil di hutan amazon, di Brasil, sebuah babak sepi dalam sejarah manusia terbentang jauh dari pandangan peradaban modern.
Babak ini, yang dibintangi oleh anggota terakhir suku asli yang pernah makmur dan masih hidup, adalah pengingat menyedihkan akan keseimbangan rapuh antara manusia dan alam.
lihat lebih banyak
Taruh gula di 5 tempat INI dan tarik kemakmuran ke dalam hidup Anda!
Wewangian yang Tidak Lagi Anda Suka: 3 Parfum Pria Ini…
(Gambar: pengungkapan)
“Hole Indian”, demikian sebutan dunia luar, memilih hidup terisolasi di tengah hutan, tanpa kontak dengan manusia. Sebuah narasi yang terlihat seperti sebuah film, namun merupakan kenyataan yang paling murni.
Setelah tragedi yang merenggut nyawa sukunya, ia memilih untuk tetap terisolasi di hutan hujan selama lebih dari dua dekade, sehingga mendapat gelar “manusia paling kesepian di dunia”.
Keterampilan bertahan hidupnya sangat mengesankan, membangun tempat berlindung di lubang yang dia gali sendiri dan memasang perangkap untuk memastikan kelangsungan hidupnya.
Meskipun banyak upaya yang dilakukan oleh orang asing untuk menjalin kontak, manusia tetap mengelak, melindungi wilayahnya seperti binatang buas.
Dia membuat jebakan di sekitar rumahnya dan tidak segan-segan menembakkan panah ke arah penyusup. Tekadnya untuk tetap tidak dihubungi berarti tidak ada orang luar yang dapat berinteraksi dengannya.
Tragedi “Hole Indian” dimulai pada tahun 1995, ketika sukunya, yang masih belum disebutkan namanya, menjadi korban serangan para petani. Peristiwa ini menjadikannya satu-satunya yang selamat, berjuang untuk hidupnya di Wilayah Adat Tanaru, di Amazon.
Menghargai keinginannya untuk mengasingkan diri, para ahli memantaunya dari jarak jauh, sesekali meninggalkan peralatan dan benih untuk membantu kelangsungan hidupnya.
Pada tahun 2022, jasad manusia liar yang tak bernyawa ditemukan di jaring yang dikelilingi bulu warna-warni. Penemuan suram ini menandai akhir perjalanan manusia ini di bumi.
Bulu-bulu ini, menurut pakar pribumi Marcelo dos Santos, menunjukkan bahwa pria tersebut telah bersiap menghadapi kematiannya, tanpa tanda-tanda kekerasan.
Fiona Watson dari Survival International, yang mengunjungi kawasan tersebut pada tahun 2004 dan berkontribusi dalam melindungi lahannya, berduka atas kehilangan tersebut, menyatakan bahwa kematiannya bukan hanya mewakili hilangnya seorang pria, tetapi juga genosida suatu bangsa utuh.
Dia menambahkan bahwa “Hole Indian” adalah simbol kekerasan yang dihadapi orang India di seluruh dunia, tetapi juga perlawanannya.