Kemunculan bir non-alkohol membawa kelegaan bagi masyarakat yang ingin bersosialisasi, namun entah kenapa tidak bisa mabuk. Ini adalah jalur penyelamat bagi para pembuat bir yang merupakan pengemudi sepanjang waktu, sedang menjalani pengobatan, atau ingin menyegarkan diri selama jam kerja.
Namun, segala sesuatu yang baik juga mempunyai sisi buruknya. Hal ini dibuktikan oleh studi baru dari Cornell University. Para ilmuwan telah menemukan bahwa, dalam kondisi tertentu, bir non-alkohol dapat menjadi semacam inkubator bagi banyak bakteri berbahaya bagi kesehatan kita, seperti E.coli dan itu salmonella.
lihat lebih banyak
5 teh untuk meratakan perut dan mengurangi pembengkakan dengan cepat sebelum musim panas 2024
Makanan INI mampu mendongkrak dan meningkatkan fungsi…
Anda tidak mabuk, tapi Anda bisa sakit parah. Situasi yang bagaimana, bukan?
Penelitian tersebut membandingkan hasil dalam bir non-alkohol dan dengan kandungan alkohol rendah – kira-kira kurang dari 2,5% alkohol berdasarkan volume. Dan minuman yang sepenuhnya bebas alkohol adalah lahan paling subur
DAN. coli O157:H7, Salmonella enterica dan Listeria monocytogenes.Menurut penelitian Universitas Cornell, ketika bir non-alkohol berada pada suhu 4ºC – yang berarti sangat dingin – mungkin bir tersebut mengandung sedikit alkohol. bakteri, tapi itu aman.
Namun, ketika suhu naik hingga 14ºC, “anak-anak nakal” ini mulai berkembang biak.
Para ilmuwan telah menyarankan bahwa idealnya bir jenis ini diproses dengan cara pasteurisasi. Mereka juga merekomendasikan filtrasi steril dan penambahan bahan pengawet dapat mengurangi risiko pertumbuhan bakteri.
Selain itu, penyimpanan bir non-alkohol perlu mendapat perhatian khusus. Terutama, menurut peneliti, jika pH minuman tersebut lebih tinggi dari 4,20.
Dan, akhirnya, mereka memutuskan bahwa analisis spesifik akan dilakukan oleh pabrik bir dan pemrosesan termal akan lebih ketat. Terutama karena konsumsi minuman jenis ini semakin meningkat dan keamanan pangan harus mengikuti kebiasaan masyarakat.
Lulus dalam Komunikasi Sosial dari Universitas Federal Goiás. Bergairah tentang media digital, budaya pop, teknologi, politik dan psikoanalisis.